Si Soleh

mesjid

Di sebuah desa ada seorang anak yang bernama Soleh, anak seorang kaya raya di desanya. Orangtuanya mempunyai ladang peternakan yang luas di desa tersebut dan ladang tersebut sebagai tempat kebutuhan pangan rakyat desa itu sendiri. Orang tua Soleh sangat dermawan dan senang membelanjakan hartanya untuk rakyat di desa. Di setiap hari raya Qurban atau hari raya Idul Adha orang tua Soleh selalu berqurban mensedekahkan hewan qurbannya untuk masyarakat desa. Itulah sifat kedua orang tua Soleh, sangat berbeda dengan Soleh yaitu anak dari kedua orangtua  yang dermawan tersebut. Namanya Soleh sangat berbeda dengan perbuatannya.

Soleh dikenal di desa sebagai anak yang nakal dan sangat bebeda 3600 dengan orang tuanya. Soleh selalu melakukan hal-hal nakal setiap harinya di desanya. Seperti mencuri pohon manga orang, mencoret-coret dinding rumah, berantem, berjudi, tawuran, dan masih banyak hal yang nakal dan meresahkan warga desa tersebut. Soleh adalah anak SMA yang bersekolah di desa mereka tinggal. Soleh mempunyai gengnya yang sekumpulan anak-anak nakal semua. Soleh adalah ketua gang nya dan selalu berbuat nakal, dan selalu memalak anak sekolah lainnya.

Orangtua Soleh pun sangant sering menasehati Soleh dan membuat orang tuanya capek selalu menasehati anaknya itu. Nama orang tuanya buruk di masyarakat akibat perbuatan anaknya tersebut. Hingga akhirnya orang tua soleh pergi berkonsultasi dengan ulama besar yang ada di desanya. Ulama tersebut sangat mengenal Soleh yang nakal tersebut. Ulama tersebut selalu menasehati Soleh yang selalu bermain mercut dengan masjid ketika orang-orang sedang lagi sholat. Karena ulama tersebut mengetahui persis sifat anaknya tersebut, maka ulam tersebut memberikan solusi terbaik menurutnya. Yaitu memindahkan Soleh dari sekolah SMAnya dulu ke pesantren kepunyaan ulama tersebut. Lokasi pesantren tersebut berada jauh di desa lain dan menjadi pesantren terbaik di daerah mereka.

Orangtua Soleh awalnya tidak setuju dengan saran Ulama tersebut karena lokasinya yang jauh dari jangkauan orangtua. Orangtua Soleh khwatir bila Soleh kenapa-kenapa di perantauan orang lain. Tetapi ulama tersebut menjamin keselamatan anaknya dan sangat menyarankan anak mereka masuk pesantren. Ulama tersebut menasehati orangtua Soleh tersebut karena takut masa depan Soleh akan buruk. Orangtua Soleh pun mulai mengerti dan mengizinkan anaknya masuk pesanten milik ulama tersebut.

Orangtua Soleh pun segera menberitahukan Soleh tentang kepindahanya ke pesantren pak Ulama tersebut. Sontak Soleh pun menentangnya dan mengeraskan suara penolakannya di depan orangtuanya tersebut. Soleh mengatakan bahwa dia sangat benci pesantren. Orangtua Soleh pun bingung gimana cara agar anaknya tersebut mau menerima saran Ulama tersebut

Hingga akhirnya orang tua Soleh mengundang Ulama tersebut untuk bicara empat mata dengan Soleh. Pada awalnya Soleh telah mengetahuinya dan kabur dari rumah. Kebencian Soleh akan pesantren membuatnya melakukan cara nekat untuk menghindarinya. Pada malam hari Soleh diam-diam mengumpulkan barangnya ke dalam sebuah tas dan pergi melalui jendela dan kabur begitu saja dari rumah dan desa tersebut. Soleh meminta pertolongan kepada angkutan pembawa sayuran untuk membawanya. Soleh pun memberikan uang untuk membawa Soleh kabur dari desa. Tiba di desa lain Soleh pun bingung ntah mau kemana. Uang di sakunya sudah habis karena memberikan uang tip kepada supir yang membawanya itu.

Supir tersebut meminta uang yang sangat besar yang mengakibatkan uang Soleh hangus seketika. Soleh pun berjalan-jalan keliling desa yang dijumpainya tersebut dengan perasaan yang lapar dan sedikit menyesal karena meninggalkan rumah. Soleh pun mengemis-ngemis di pasar desa tersebut agar mendapatkan uang, tetapi tidak ada seorang pun yang mau menolong Soleh ataupun memberika uang kepada Soleh. Soleh pun kembali mengelilingi desa tersebut. Karena rasa yang sangat lapar haus akhirnya Soleh pingsan di tempat tersebut.

Pada saat kedua mata Soleh terbangun, dia melihat atap dan meja di sebelah kanan kirinya. Soleh pun bingung dan pada akhirnya dia mengerti dia ditolongin orang dan dibawa di tempat orang itu. Maka Soleh pun terbangun dan masuk lah seorang pria yang menghampirinya dengan membawa semangkuk sup untuk diberikan kepada Soleh. Soleh pun agak segan dihampiri pria tersebut dan mulai mengenalkan diri sekaligus memberi makanan sup tersebut kepada Soleh. Soleh pun dengan cepat memakan makanan yang diberikan tersebut. Pria tersebut bernama Ali yang menolongi Soleh ketika sedang pingsan di jalan, lalu Soleh pun bertanya sedang dimana dia sekarang. Ali pun menjawab bahwa dia berada di sebuah pesantren milik Ulama terkenal di desa ini. Sontak Soleh pun terkejut dan kembali mengingat apa yang dilakukan orangtua Soleh yang ingin memindahkannya ke pesantren. Soleh pun cepat-cepat bangkit dan segera ingin pergi tanpa berterima kasih. Ali pun ingin segera menenangkannya bahwa Soleh belum sembuh betul.

Segera Soleh membuka pintu dan melihat keramainan para santri yang memegang kitab suci al-Quran dimana-mana. Dengan cepat Soleh mencari pintu gerbang pesantren tersebut dan ingin lari. Ali pun mengejarnya. Soleh pun berlari dengan kencang di keramaian para santri dan kemudian menabrak seorang bapak yang agak tua. Ternyata yang ditabrak Soleh adalah Ulama yang mempunyai pesantren tersebut dan mengenal Soleh dan juga yang menyarankan agar orangtua Soleh di sekolahkan di pesantren ini.

Ulama tersebut sudah mengetahui bahwa Soleh berada di sini. Soleh pun ingin cepat pergi dan ingin meninggalkan pesantren. Ulama tersebut tidak menghalanginya dan membiarkan Soleh pergi. Soleh pun merasa senang di punya kesempatan untuk pergi dari pesantren ini. Ulama tersebut melontarkan kata-kata keras kepada Soleh bahwa kalau lapar lagi jangan datiang kembali. Soleh pun berhenti dan mulai berpikir, jika dia pergi dari pesantren dia tidak akan tahu ntah kemana dan akan tersesat kelaparang di desa tersebut. Ulama tersebut menyarakan Soleh kalua ingin tinggal tanpa kelaparan di sini jadilah santri di pesantren ini.

Dengan berat hati Soleh pun mengiyakan saran dari ulama tersebut. Ulama tersebut mengajak Soleh untuk kembali di pesantren dan agar didaftarkan sebagai santri di pesantren tersebut dan Soleh pun boleh tinggal di pesantren ini. Selang beberapa hari Soleh pun secara resmi menjadi santri dalam pesantren ini, dengan sangat terpaksa Soleh pin menjadi santri baru dan berasramadi pesantren tersebut sekamar dengan si Ali teman yang menolongnya tersebut

Tibalah hari pertama Soleh menjadi santri tersebut dan menuntut ilmu di sana. Awal pertama masuk kelas Soleh sudah membuat keributan dengan beradu duduk di bangku paling belakang di kelas tersebut. Soleh pun dengan menyombongkan diri menyatakan dia harus duduk di bangku tersebut padahal untuk santri baru seperti Soleh sudah disediakan tempat duduknya yang kosong yaitu di depan. Soleh pun dengan sombong nya mengajak anak yang dudukdi bangku belakang tersebut berantem adu pukul. Anak tersebut bernama Asrul juara beladiri di pesantren tersebut. Soleh pun tersebut tidak tahu dan tidak mengenal anak tersebut karena Soleh tidak bisa menahan emosinya. Ketika beradu pukul. Guru pun datang dan segera santri dalam kelas tersebut duduk. Kegiatan mengajar pun dimulai. Pada saat di kelas Soleh sering kali ditanyai guru tersebut masalah pelajarannya dan kebanyakan Soleh pun tidak bisa menjawabnya. Guru itupun memakluminya karena masih santri baru. Ketika disuruh membaca kitab suci al-quran, ternyata Soleh tidak pandai membaca al quran.

Dengan pernyataan itu Soleh dibuat privat khusus yang sangat disiplin untuk Soleh setelah selesai pelajaran. Didalam kelas Soleh tak bisa tidur karena disiplinnya di dalam kelas itu dan pengawasan guru yang sangat kuat. Sepulang dari pelajaran Soleh pun sangat model pengajaran yang cukup ketat dan privat membaca Al-Quran yang cukup disiplin pula. Dengan lelahnya si Soleh pulang ke asramanya, tiba-tiba Soleh melihat Asrul dan kembali mengingat kejadian yang di kelas tadi. Soleh pun langsung mendorong Asrul sehingga Asrul pun terjatuh ke tanah. Terjadilah keributan di tempat tersebut, sebagian santri segera memberi tahu para guru dan ustad tentang masalah ini. Asrul pun sempat emosi tetapi dapat dia kendalikan. Soleh pun dengan sombong mengajak beradu tinju dengan Asrul tetapi Asrul tidak mempedulikannya. Soleh pun memukul wajah Asrul sehingga Asrul terjatuh dan saat itu para guru datang dan ingin segera memisahkannya.

Soleh pun sebagai tersangka dan kejadian tersebut dan soleh pun diamcam akan dikeluarkan dari pesantern. Segera Asrul membelanya karena Asrul yang memintanya untuk memukul dirinya untuk persiapan lomba bulan depan. Para guru pun mulai mengiyakan dan menerima pembelaan Asrul, tetapi Soleh dengan sombong tidak menganggap dirinya bersalah dan menganggap Asrul takut kepadanya karena itulah Asrul membelanya.

Pada keesokan harinya adalah diadakan tempat beladiri. Tentu saja Asrul berada di sana karena dia adalah juara beladiri. Ketika sedang sparring dengan alawannya Soleh pun datang. Dengan merasa senangnya Asrul mengajak Soleh untuk sparring dengannya. Soleh pun merasa jengkel dan mulai menerima tawaran tersebut. Dengan sombongnya berkata Soleh bahawa kalua dia berhasil mengalahkan Asrul dia adalah bos di pesantren ini. Asrul pun mengiyakannya. Soleh adalah preman di sekolahnya dulu dan belum ada orang yang berhasil menag melawan Soleh dikala itu. Segera mulailah pertandingan Asrul memulainya dengan memukul wajah Soleh. Soleh pun langsung terjatuh dan memnita dan mengaku kalah. Kesombongan Soleh jatuh begitu saja dengan pukulan keras Asrul. Soleh pun merasa kalah tidak bisa berdiri karena tapi Asrul datang membantu berdiri dan menemani Soleh ke UKS untuk mendapat perawatan. Soleh pun merasa terharu dan sangat menyesali perbuatannya kepada Asrul.

Asrul pun menemani Soleh ke asramanya dan Soleh pun menyesal dan meminta maaf kepada Asrul atas semua perbuatannya. Asrul pun merasa senaang mendengarnya dan dia lebih dahulu memafkan Asrul. Pada malam hari Soleh pun merenung segala perbuatannya telah dahulu yang begitu nakal dan melawan. Tetapi semua perbuatan itu tidak ada apa-apa nya jika berada di pesantren yang super disiplin ini. Dia merasa tidak ada gunanya bersifat sombong di muka bumi ini. Segera Soleh beranjak dari tempat tidurnya dan melaksanakan meminta Ali temannya untuk mengajarinya tata cara solat yang benar. Ali pun senagnya mendengarnya dan dengan ketulusan Ali mengajarkan Soleh solat dan mereka bersama Solat berjamaan di Masjid ketika Subuh tiba. Di masji Soleh menyesali perbuatannya dan bertobat kepada Allah swt. Tuhan Yang Maha Esa atas semua perbuatan-perbuatannya yang lalu. Air mata Soleh pun menetes banyak karena penyesalannya dan mulai rindu dengan orang tunya. Selang beberapa hari di pesantren Soleh telah banyak mengalami banyak perubahan sebagai muslim yang taat dan bertaqwa. Soleh pun menjadi anak sangat lancer dan merdu suaranya ketika membaca ayat suci Al-Quran.

Pada suatu hari Ulama yang mempunyai pesantren tersebut mengajak Soleh ke pintu gerbang pesantren tersebut. Soleh pun terkejut dan bingung kenapa Bapak Ulama mengajak saya ke pintu gerbang. “Tidak mungkin saya dikeluarkan padahal selama ini saya menjadi santri yang baik” itulah dipikirkan oleh Soleh. Tiba di depan pintu gerbang betapa terkejutnya Soleh melihat kedua orangtuanya di sana. Dengan cepat Soleh menghampiri keduanya dan memeluk erat kedunya serta mencium kakit orangtuanya. Dengan tangisan yang kuat Soleh meminta maaf kepada orangtunya akibat perbuatannya dulu. Dengan sangat senang orangtua Soleh memeluk erat anakya tersebut.

TAMAT…

Pelajaran yang diambil dari cerpen tersebut adalah kesombongan tidak ada gunanya. Seberapa kuat kita masih ada banyak orang kuat di luar sana dan kita hanyalah manusia hamba Allah. Kita hanyalah manusia sebagai makhluk yang lemah dan sangat membutuhkan bantuan orang lain dan buat apa kita sombong. Selalu ada hikmah di setiap perbuatan kita

Related Posts :

  • Si SolehDi sebuah desa ada seorang anak yang bernama Soleh, anak seorang kaya raya di desanya. Orangtuanya mempunyai ladang peternakan yang luas di … Read More...
  • Di Bawah Pohon Rindang ItuSetiap hari demi hari aku tidak pernah absen untuk berjumpah dengan pohon rindang itu. Aku selalu bersandar di pohon itu dan melihat desa te… Read More...

1 Response to "Si Soleh"